Surat Al-Kautsar (QS. 108: 1-3)
Surat Al-Kautsar (QS. 108: 1-3) memberikan pesan tentang 3
hal penting dalam hidup ini :
Artinya :
1) Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang
banyak,
2) maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan
berkurbanlah,
3) Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang
terputus (dari rahmat Allah).
Dari ayat diatas terdapat tiga kata kunci penting dalam
hidup ini, yaitu nikmat yang banyak, shalat, dan berkurban. Allah telah
memberikan karunia dan nikmat yang teramat banyak, segala sisi dalam hidup ini
penuh dengan nikmat. Jika ingin agar nikmat tersebut lestari maka lakukanlah
Shalat, karena fungsi sholat adalah memperkuat hubungan vertikal agar nikmat
tersebut memiliki nilai transenden dan hakiki. Selain itu, lakukan Pengorbanan
agar secara sosial nikmat tersebut menjadi nikmat untuk sesama. Mungkinkah
orang mampu merasakan nikmat Tuhan jika ia hanya merasakannya untuk dirinya
sendiri? Jawabannya : Tidak mungkin. Ia harus merasakan setiap nikmat yang
dikaruniakan ALLAH kepadanya bersama dengan orang lain, karenanya berkurban
merupakan keniscayaan agar nikmat itu dirasakan oleh orang lain dan memperoleh
nilai hakikinya. Bukan nikmat semu tetapi nikmat yang merasuk dalam hidup kita
selamanya.
Kurban merupakan kata kunci bagi terciptanya harmonitas
masyarakat dan bangsa. Tanpa pengorbanan, cita-cita luhur pembangunan hanyalah
retorika belaka. Kepedihan yang menimpa sekian banyak umat Islam dan bangsa ini
juga berawal dari tidak adanya pengorbanan yang sejati. Yang terjadi saat
ini hanyalah sebuah perbincangan, harapan, dan retorika politis tentang
pengorbanan dan belum menjadi kurban dalam arti yang komprehensip yaitu
berkorban ilahiyah-vertikal dan sosial-horisontal.
Pengorbanan sejati pasti didasari oleh adanya niatan yang
tulus karena Allah Swt. Dan bukan untuk ajang unjuk kekayaan dan prestise.
Motivasi berkurban adalah untuk Taqarrub, (mendekatkan diri agar kita bisa
lebih dekat dengan pencipta kita). Berkurban juga harus didasari oleh
pertimbangan akal-rasio dan ilmu yang memadai yaitu untuk kepentingan
kemaslahatan, kemakmuran dan kedamaian masyarakat umum. Berkurban dengan
menyembelih kambing, kerbau atau sapi adalah sebagian dari berkurban dalam arti
yang luas.
Berkurban juga harus didasari oleh kesadaran akan pesan
moral-etis yang terkandung di dalamnya sehingga ada upaya yang terus menerus
untuk meningkatkan spiritualitas diri dan masyarakatnya.
Di antara pesan moral, ahlak yang dapat kita sebutkan adalah
:
Berkurban berarti adanya kesediaan untuk memotong sebagian
kekayaan kita yang berwujud kambing, kerbau, sapi untuk kepentingan masyarakat
yang lebih luas. Dalam hal ini berkorban juga kesediaan untuk memotong
sebagaian kekayaan lain seperti ayam, padi, pakaian, tempat tinggal atau
pekarangan dan uang untuk dimanfatkan oleh diri, keluarga dan masyarakat luas.
Berkurban berarti adanya kesediaan untuk memotong sebagaian
tenaga yang kita miliki untuk kepentingan umum, untuk keluarga, untuk
saudara-famili, tetangga, dan masyarakat serta bangsa. Orang yang telah
terilhami makna kurban, ia akan senantiasa siap bergaul dengan baik dengan
lingkungan sosial (juga fisik-material) di sela-sela kesibukannya.
Berkorban berarti adanya kesediaan untuk menyebarkan ilmu
dan keterampilannya (dakwah dan ta’lim) untuk pemberdayaan masyarakat dengan
mengajar anak-anak dan remaja serta mengajar setiap orang yang membutuhkan
seperti mengajar tentang baca-tulis (al-Qur’an), ilmu-pengetahuan, pekerjaan
(skill) dan kemasyarakatan. Berkorban dalam arti ini juga kesediaan untuk ikut
berpartisipasi dalam mencari alternatif penyelesaian problem atau masalah
keummatan dengan memeras otak dan fikiran untuk memperoleh hasil pemikiran yang
benar-benar orisinil, maslahat, dan menyentuh kebutuhan umat.
Berkorban untuk berpartisipasi dalam proses kepemimpinan
(imamah) dan memegang kepemimpinan dengan penuh tanggungungjawab (amanah).
Seseorang berkenan menjadi pemimpin untuk kebaikan umat, jika dipilih dan ia
berkenan pula untuk mundur tatkala diyakini kurang memberikan kemaslahatan bagi
umat sekaligus ia mau memberi kesempatan pada generasi yang lebih potensial
untuk menjadi pemimpin. Kesediaan untuk maju ke tampuk kepemimpinan, mundur dan
memberi kesempatan orang lain maju karena tuntutan masyarakat yang sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan oleh UU adalah bagian dari berkorban. Sebagai
rakyat, berkorban adalah menjadi warga bangsa yang baik, partisipatif, kreatif
dan mampu melakukan kontrol yang bermoral untuk pemimpin dan lingkungan
sosialnya. Rakyat yang siap menciptakan kepemimpinan yang adil, jujur dan
bijaksana adalah bagian dari pengorbanannya.
Berprilaku positif dalam bergaul (mu’asyarah bi al-ma’ruf)
dengan keluarga (anak-anak dan istri), orang tua, mertua, serta melakukan
proses edukasi yang terus menerus bagi mereka juga bagian dari makna berkorban.
Bertutur kata dengan bahasa yang sopan tatkala bergaul atau melakukan kritik
konstruktif (bermoral) merupakan bagian dari berkorban. Berpakaian yang sopan,
indah, serasi, dan menutup aurat merupakan bagian dari berkorban dalam arti
yang lebih aplikatif.
Demikian antara lain artikulasi korban dalam kehidupan riil
sehari-hari. Pemahaman akan arti korban seperti ini belum terealisasikan secara
konsisten di masyarakat Muslim. Alhamdulillah kaum muslimin sudah mulai banyak
yang sadar akan pentingnya “Berkurban dengan Menyembelih Hewan Kurban tetapi yang
perlu ditingkatkan adalah Berkurban dalam arti luas yang menyentuh seluruh
aspek lehidupan manusia seperti di atas”.
Comments
Post a Comment